Rabu, 23 Februari 2011

-SKENARIO KEHIDUPAN-

Kisah Ini Berawal Dari Kita Diciptakan
Cerita Ini Bermula Sejak Kita Dilahirkan
Sebuah Perjalanan Panjang Kehidupan
Tuhan Menulisnya Kita Menjalankan

Aku Kebagian Satu Skenario Kehidupan
Entah Berapa Halaman Tebalnya
Tanpa Ku Tahu Apa Judul Pembukaan
Entah Berapa Esisode Didalamnya

Aku Tak Bisa Membaca Semuanya
Selain Siap Menjalani Tiap Halaman
Ada Beberapa Rahasia Yang Terjaga
Membuat Manis Harap Dan Impian

Aku Paling Suka Episode Cinta
Dimana Aku Senyum Dan Bahagia
Tak Mau Halaman Itu Berlalu
Malah Aku Ingin Tetap Terpaku

Tapi Katanya Roda Hidup Berputar
Jadi Aku Harus Rela Episode Itu Bubar
Sembari Kusimpan Sisa-Sisa Yang Ada
Supaya Kujadikan Catatan Hati Selanjutnya

Bahwa Episode Yang Sudah Berlalu
Yang Menelan Waktu dan Umurku
Sudah Pernah Memberikan Kesempatan
Tinggal Bagaimana Kita Memanfaatkan

Aku Tak Bisa Menyalahkan Siapa-Siapa
Meski Kadang Tak Bisa Berbuat Apa-Apa
Harus Kusesali Waktu Yang Jadi Sia-Sia
Tak Bisa Kutahan Episode Itu Lama-Lama

Intinya Bagaimana Melakukan Peran Terbaik
Perankan Posisi Dan Jabatan Dengan Menarik
Meski Kita Seakan Di Atas Panggung Sandiwara
Tapi Ada Hitungan Amal Untuk Sambungannya

Jika Sedang Jadi Kaya Mungkin Harus Memberi
Jika Sedang Jatuh Cinta Mungkin Harus Berbagi
Jika Sedang Jadi Miskin Mungkin Harus Diinsyafi
Ada Yang Dapat Peran Hanya Kaya Secara Materi

Jika Kita Mampu Berperan Dengan Baik
Ada Jaminan Kita Jadi Pemain Selanjutnya
Bukan Lagi Peran Melawan Buruk Dan Baik
Tapi Peran Kemenangan Selama-Lamanya

==========================================
Yohanes 15:9-17

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

All blessings,

Anda disayang Tuhan?

*** SEMUA ORANG YANG DIPIMPIN ROH ALLAH, ADALAH ANAK ALLAH***

(Roma 8 : 14)

Tidak mudah menjadi anak Allah, dan sangat mudah menjadi anak Iblis?
Sangat sulit dipahami menjadi anak Allah, dan sangat mudah dimengerti menjadi anak Iblis.
Banyak larangan menjadi anak Allah, dan banyak sekali godaan menggiurkan menjadi anak Iblis.
......

Pilih mana saudara?

Kriteria anak Allah?

1. Hidup Kudus
Itu adalah harga mati, hidup kudus! Mengapa harus hidup kudus? karena Bapa kita kudus.
" Kuduslah kamu, karena Aku kudus" (1 Petrus 1:16)

" Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia didalam hatinya" (Matius 5:28).

Hidup kudus memang tidak mudah, namun dengan kekudusan kita akan menikmati janji Allah yang begitu dahsyat dan ajaib. Dengan kekudusan Anda dan saya akan memiliki kuasa yang dahyat. Kuasa untuk mendakan orang sakit sembuh, mengusir roh iblis dalam nama Yesus, menjadikan suatu berhasil, dsb. Itu semua karena Roh Kudus berkenan pada orang yang kudus.

2. Berani diproses oleh Tuhan.
Hal ini juga tidak mudah, karena proses dari Tuhan kadang itu sakit, menderita..namun hasilnya jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan.
Seperti bongkahan tanah berlian yang snagat kotor dari gunung yang disaring kemudian dibakar dengan suhu yang sangat tinggi serta diproses sedemikian rupa dan akhirnya menghasilkan sekecil berlian yang berkilau dan tentu saja mahal harganya. Begitulah hidup kita, diproses Tuhan sedemikian rupa untuk menjadi anak yang unggul, berkualitas super.
Barang saja ada kualitasnya,mulai darim kualitas 1,2,3, super..apalagi hidup manusia lebih dari berang kualitas super sekalipun.
" Barang siapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah" (Wahyu 3:19)

3. Selalu mencari Bapanya.
Dikatakan anak adalah jika anak tersebut mencari bapanya. Bapa juga selalu mencari anaknya.
" Carilah dulu kerajaan Allah maka semuanya akan ditambahkan bagimu"
(Matius 6:33) .
Mau sukses berkelimpahan, berkat kemakmuran dll, carilah Tuhan Yesus, karena Dia yang Maha Kaya sanggup memberikan apapun yang kamu ingini bagi siapa yang berkenan di hadapaNya.

Siap menjadi Anak Allah?

Mengapa kita harus menjadi anak Allah?
1.Kita harus mendapatkan bagian dari Janji Allah
" Takutlah akan Tuhan, hai orang-orangNya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!" (Mazmur 34:10)
Tidak sekalipun Tuhan menginginkan saudara berkekurangan, semua akan dicukupkan bagimu agar nama Tuhan dipermuliakan.

2. Damai Sejahtera akan dicurahkan
" Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik" (Yesaya 48:22)
Buat apa kaya tetapi keluarga berantakan
Buat apa mempunyai segalanya tetapi hati selalu gelisah
Buat apa memiliki dunia kalau tidak bisa menikmatinya dengan suka cita

3. Melindungi Anda dari Iblis
Iblis tugasnya adalah : Mencuri, Membunuh dan Membinasakan
Jangan tertipu oleh godaan Iblis yang seba Instan: kaya instan, sukses instan bisa-bisa makannya mie instan terus pada akhirnya. Iblis bisa memberikan apapun yang Anda mau tapi ingatlah Iblis bukan sumber berkat jadi pada akhirnya apa yang diterima dari Iblis harus dikembalikan dengan penebusan ayng justru membuat manusia tidak berdaya sama sekali. Itulah janji Iblis: Enak didepan, mati belakangan (NARKOBA).

Janji Tuhan : Kelimpahan yang KEKAL.
" Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinaskan, aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyai dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10)

Kesimpulan :
Berhati-hatilah dan berjaga-jagalah terhadap segala tipuan dari Iblis, karena anak dari Iblis adalah penghuni Neraka dan api yang kekal, dan Dengan menjadi anak Allah, maka rumah yang kekal akan disiapkan Anda dan saya di Surga yang indah.

Buat keputusan sekarang! Terima Yesus sebagai Juru selamat yang sanggup menyelamatkan Anda dan Saya.
" Tak berkesudahan kasih setia Tuha, tak habis-habisNya, rahmatnya baru setiap pagi; besar kesetiaanMu ! "
(Ratapan 3 : 22-23)

***********************************************************************************************
Hubungi kami segera bagi Saudara atau Keluarga saudara yang belum Yesus sebagai Juru Selamat. Kami akan membantu Saudara. Satu orang percaya Tuhan seluruh anggota keluarga diselamatan.
Tidak ada kata terlambat. Tidak ada dosa sebesar apapun yang tidak diampuni Tuhan jika Anda datang kepadaNya.
Kerajaan Allah sudah teramat sangat dekat, segera terima keselamatan dan janjiNya sekarang juga.
Yang sakit akan disembuhkan, yang miskin akan diperkaya, yang berbeban berat akan dipulihkan.

Siap menjadi berkat dan diberkati?

20 Hal Untuk Menjadi Pemenang

Kali ini kita akan memahami dari ayat-ayat Firman Tuhan sedikitnya 20 hal yang bisa membuat langkahmu tetap untuk menjadi seorang pemenang!

1. Mengapa saya berkata "Saya tidak bisa" jika Alkitab mengatakan bahwa saya bisa melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada saya (Fil 4:13)?

2. Mengapa saya merasa kurang jika saya tahu bahwa Allah akan memenuhi segala keperluan saya menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus (Fil 4:19)?

3. Mengapa saya harus merasa takut jika Alkitab berkata... bahwa Tuhan tidak memberi saya roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, ketertiban (2 Tim 1:7)?

4. Mengapa saya harus merasa kurang iman jika saya tahu bahwa Allah telah mengaruniakan kepada saya ukuran iman tertentu (Rom 12:3)?

5. Mengapa saya menjadi lemah jika Alkitab berkata bahwa Allah adalah terang dan keselamatan saya dan bahwa saya akan tetap kuat dan akan bertindak (Maz 27:1, Dan 11:32)?

6. Mengapa saya harus membiarkan iblis menang atas hidup saya jika Roh yang ada di dalam saya lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4)?

7. Mengapa saya harus pasrah kalah jika Alkitab berkata bahwa Allah dalam Kristus selalu membawa kita di jalan kemenanganNya (2 Kor 2:14)?

8. Mengapa saya harus kekurangan hikmat jika Kristus sendiri telah menjadi hikmat bagi saya dan Allah akan memberi hikmat jika saya minta padaNya (1 Kor 1:30; Yak 1:5)?

9. Mengapa saya harus depresi jika saya dapat mengingat bahwa saya dapat berharap pada Allah yang kasih setiaNya tidak habis-habisNya setiap pagi (Rat 3:21-23)?

10. Mengapa saya harus kuatir, resah, dan rewel jika saya dapat menyerahkan segala kekuatiran saya pada Tuhan yang memelihara saya (1 Pet 5:7)?

11. Mengapa saya harus selalu hidup dalam beban jika saya tahu bahwa di mana ada Roh Allah, ada kemerdekaan, dan Kristus telah memerdekakan kita (2 Kor 3:17; Gal 5:1) ?

12. Mengapa saya harus merasa terhukum jika Alkitab berkata bahwa saya tidak ada lagi di bawah penghukuman sebab saya di dalam Kristus (Rom 8:1) ?

13. Mengapa saya harus merasa sendirian jika Yesus berkata Ia akan selalu menyertai saya, tidak akan membiarkan dan tak akan meninggalkan saya (Mat 28:20; Ibr 13:5)?

14. Mengapa saya harus merasa terkutuk atau merasa saya menjadi korban nasib sial jika Alkitab berkata bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu (Gal 3:13-14) ?

15. Mengapa saya harus merasa tidak puas dalam hidup ini jika saya,seperti Paulus, bisa belajar untuk menjadi puas dalam segala keadaan (Fil 4:11) ?

16. Mengapa saya harus merasa tidak layak jika Kristus telah dibuat menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5:21) ?

17. Mengapa saya merasa takut disiksa orang jika saya tahu bahwa jika Allah di pihak saya tidak ada yang akan melawan saya (Rom 8:31) ?

18. Mengapa saya harus bingung jika Allah adalah Raja Damai dan Ia memberi saya pengetahuan melalui RohNya yang diam di dalam kita (1 Kor 14:33;2:12)

19. Mengapa saya harus terus-menerus gagal dan jatuh jika Alkitab berkata bahwa sebagai anak Allah saya lebih daripada orang-orang yang menang dalam segala hal, oleh Dia yang telah mengasihi saya (Rom 8:37)?

20. Mengapa saya harus membiarkan tekanan hidup mengganggu saya jika saya dapat punya keberanian karena tahu Tuhan Yesus telah menang atas dunia dan penderitaan (Yoh 16:33)? " Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah ! " (Mazmur 46:11a)

LEBIH BAIK .....

Lebih baik berlindung pada TUHAN
dari pada percaya kepada manusia.

(MAZMUR.118:8)


Ayat di atas memang istimewa, bagaimana tidak ? coba telusuri fakta ini

* Mazmur 118 adalah pasal yang berada pada posisi paling tengah dalam seluruh Alkitab. Sebelum dan sesudahnya terdapat masing-masing 594 pasal.


* Mazmur 118 ini di apit oleh Mazmur 117 dan Mazmur 119. Dan tahukah anda, Mazmur 117 adalah pasal terpendek dalam seluruh Alkitab, sedangkan Mazmur 119 adalah pasal terpanjang dalam seluruh Alkitab.


* Apabila seluruh pasal di jumlahkan, keculai Mazmur 118, maka akan ditemukan jumlah 1188 pasal.


* 1188 atau Mazmur 118:8 adalah ayat yang tepat berada di tengah-tengah Alkitab (Alkitab versi KJV)

Nah… sudah sepantasnya jika ayat yang berada pada posisi istimewa juga mengandung pesan yang istimewa juga. Bukankah sikap hidup yang lebih mempercayakan diri kepada Allah daripada kepada manusia merupakan thema utama Alkitab ? Luar biasa…..

Alkitab juga mencatat pesan-pesan menarik terkait dengan prioritas hidup. Banyak orang berpikir bahwa prioritas hidup terkait dengan “3 Ta” , yaitu Harta, Tahta dan Wanita/pasangan hidup. Benarkah demikian ? Ada banyak bagian Alkitab yang mengajarkan kebijakan, kebajikan dan prioritas hidup. Sebagai contoh, mari renungkan beberapa kutipan hikmat dari satu kitab saja, yaitu Kitab Amsal, dan tentukan sikap dan prioritasmu !


HIKMAT AMSAL

Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri sendiri, dari pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan. (Amsal 12:9)


Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan. (Amsal 15:16)


Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian. (Amsal 15:17)


Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan. (Amsal 16:8)


Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati dari pada membagi rampasan dengan orang congkak. (Amsal 16:19)


Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan. (Amsal 17:1)


Lebih baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari pada dengan orang bebal dengan kebodohannya. (Amsal 17:12)


Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal. (Amsal 19:1)


Lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong.(karena Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya) (Amsal 19:22)


Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar. (Amsal 21:9 ; Amsal 25:24)


Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah. (Amsal 21:19)


Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang Lebih baik dari pada perak dan emas. (Amsal 22:1)


Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. (Amsal 27:5)


Lebih baik tetangga yang dekat dari pada saudara yang jauh. (Amsal 27:10)


Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya. (Amsal 28:6)

RAHASIA SUKACITA

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Flp. 4:7.


Ada sebuah kisah kuno dari Tiongkok:

Ada seorang petani tua yang memiliki seekor kuda yang digunakan untuk mengolah ladangnya. Suatu hari kuda tersebut melarikan diri di bukit-bukit dan ketika para tetangganya mendengar berita itu, mereka bersimpati kepada orang tua atas nasib buruknya. Namun jawab si petani itu, "Nasib buruk? Nasib baik? Siapa yang tahu?"

Seminggu kemudian, kuda itu kembali dengan membawa kawanan kuda liar dari pegunungan dan kali ini para tetangga mengucapkan selamat kepada petani tua akan keberuntungannya. "Nasib baik? Nasib buruk? Siapa yang tahu?" kata si petani tua itu.

Kemudian, ketika anak si petani tua itu berusaha menjinakkan salah satu kuda liar, ia terjatuh dari punggung kuda itu dan kakinya patah. Semua tetangganya kembali setuju bahwa ini adalah sebuah keberuntungan yang sangat buruk. Petani itu menjawab, "Nasib buruk? Nasib baik? Siapa yang tahu?"

Beberapa minggu kemudian, tentara dari pemerintah masuk ke desa-desa dan memaksa setiap pemuda yang berbadan sehat untuk pergi berperang dalam perang yang berdarah. Ketika mereka melihat bahwa anak petani tua ini mengalami patah kaki, mereka tidak memilihinya. Beberapa minggu setelah peperangan, ada berita bahwa banyak anak-anak dari tetangga si petani tua itu berguguran di medan perang. Semua penduduk desa itu bersedih hati dan berkata kepada si petani tua itu sangat beruntung bahwa anaknya tidak ikut dalam perang. Petani tua itu kembali menjawab, "Nasib baik? Nasib buruk? Siapa yang tahu?"


THINGS TO LEARN:

Kejadian dalam kehidupan kita ini mirip kisah di atas. Kadang sepertinya segala sesuatu berjalan lancar sebagaimana mestinya, namun di lain waktu, segala sesuatu berjalan di dalam situasi yang buruk. Nah, pertanyaannya apakah kita membiarkan perasaan 'up and down' karena keadaan semacam itu mendikte kehidupan dan cara pandang kita terhadap kehidupan ini? Apakah ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, lalu perasaan kita menjadi sukacita dan berpikir Immanuel - Tuhan beserta kita? Tapi jika sebaliknya, ketika kita sedang dalam situasi yang buruk, lalu perasaan kita menjadi patah semangat dan berpikir bahwa Tuhan meninggalkan kita?

Lagi-lagi kita belajar dari rasul Paulus di dalam Filipi 4. Rasul Paulus telah belajar untuk bersukacita (ay. 4 - Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!), bahkan dia mengalami damai sejahtera dalam semua keadaan (ay. 7). Rasul Paulus bersukacita ketika hal-hal baik terjadi dalam hidupnya, namun dia pun bersukacita ketika hal-hal buruk itu terjadi - ingat, waktu dia menulis surat kepada jemaat di Filipi, mereka sedang terancam aniaya dan dia sedang di dalam penjara. Sepertinya anjuran nats di atas tidak realistis dan mustahil untuk dilakukan, tetapi perintah ini dianjurkan (ay. 4) oleh rasul Paulus, saat dia mengalami penderitaan!

Mengapa rasul Paulus bisa mengalami kebahagiaan dan sukacita yang luar biasa? Karena rasul Paulus mempunyai damai sejahtera dari TUHAN, yang melampaui segala akal, di dalam Kristus Yesus. Sukacitanya tidak tergantung pada situasi baik maupun buruk, sukacitanya tidak tergantung pada peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Tapi sukacita yang keluar dari hati, jiwa dan pikiran yang telah dipenuhi damai sejahtera TUHAN Yesus Kristus.

Persoalan hidup bisa saja membebani kita secara fisik, emosi dan rohani, namun saat kita belajar mempercayai TUHAN, maka kita dapat memiliki kedamaian yang tidak hanya melampaui segala pemahaman, tetapi juga mengatasi kecemasan kita, karena TUHAN telah membuat hati, jiwa dan pikiran kita menjadi tenang. Sehingga kita dapat berkata, bahwa segala sesuatu TUHAN turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia ( Roma 8:28 ). - Nah, pertanyaan terakhir, apakah kita sekarang telah memiliki damai sejahtera dari TUHAN YESUS KRISTUS, seperti rasul Paulus?



WISDOM WORDS:

"Di dalam Alkitab tidak pernah dituliskan, bahwa sukacita itu tergantung pada situasi dan peristiwa."

"Situasi di mana Anda hidup tidak harus hidup dalam Anda."

TUHAN MENGENAL KITA DARI NAMA

Shakespeare mengatakan "apalah arti sebuah nama", namun bagi Tuhan sangatlah besar arti sebuah nama. ini dibuktikan dalam Alkitab, dimana sangat banyak keterlibatan Tuhan memberikan nama bagi manusia.. Nama Ishak, nama Yesus, nama Israel, ...dll. Nama Israel, Tuhan sendiri yang memberi nama tersebut kepada Yakub, ketika Yakub menang bergumul dengan Allah.

Setiap nama yang diebrikan Tuhan punya arti sendiri... Tuhan mengenal setiap manusia secara pribadi, pengenalan Tuhan ini melalui setiap nama manusia, walaupun di muka bumi ini banyak nama yang sama, tetapi Tuhan dapat membedakan dan mengenal pribadi manusia itu secara pribadi. Jauh berbeda dengan pandangan manusia, contohnya: kalau seorang dengan nama "Israel" (saya pakai nama saya sendiri yang lagi dihujat oleh banyak orang) berbuat suatu kejahatan, maka pandangan manusia akan berkata: semua yang bernama Israel dan berkaitan dengan Israel adalah sama jahatnya..


Manusia tidak dapat membedakan karena pikiran dan hati nuraninya sudah dipenuhi dengan kebencian dan pandangan yang salah: "menyamakan semuanya". Tetapi Tuhan sangat tahu letak perbedaannya dan Dia sangat mengenal peribadi lepas pribadi yang bernama sama (misalnya tadi: "Israel"). Saya yang bernama "Israel" berbeda dengan beberapa orang lain yang bernama "Israel" apalagi dengan bangsa Israel... Tuhan sangat mengenal dan memahami setiap orang yang bernama "Israel". Jadi ketika seorang yang bernama Israel jahat, bukan berarti semua orang yang bernama Israel jahat. itu hanya satu personal.. kalau kita punya pandangan seperti ini berarti kita mewarisi karakter dari Bapa di sorga.. karakter yang bijaksana... Setiap kita ini adalah pribadi yang spesial bagi Tuhan, setelah dia mengenal nama kita, Dia juga sangat hafal dengan suara kita, ketika kitaberseru pada Tuhan.. Tuhan tidak salah untuk memberikan jawaban bagi setiap pribadi yang sama namanya dan yang berseru padaNya, karena Dia sanggup membedakan suara dari beberapa orang dari nama yang sama..

Tuhan tidak pernah menyepelekan nama kita, tetapi Tuhan sangat suka dengan nama kita.. Tuhan memanggil kita dengan nama kita masing-masing, bukan dengan perkataan yang kotor, sebutan untuk binatang dan kasar (sebagaimana yang pernah saya dengar ketika seseorang memanggil orang lain dengan nama binatang dan makian)..

Kalau Tuhan memperlakukan kita seperti ini.. apa yang harus kita lakukan? Dalam 2 Timotius 2:19, Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya" dan "setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan" yang Tuhan kehendaki dari kita adalah hendaklah kita meninggalkan kejahatan.. Hargai namamu dan jangan buat namamu terkenal karena perbuatan jahat, dosa, dan kehinaan bagi nama Tuhan... Banggalah dengan namamu dan jadilah orang yang dapat dibanggakan oleh keluarga, terlebih Tuhan...

Hidup Ini Untuk Apa?

Apa tujuan hidup Anda? Cobalah sejenak memikirkan, merenungkan, dan menggumuli pertanyaan itu. Itu penting agar hidup kita tidak seperti layangan putus, terombang-ambing.


Tuhan menciptakan dan memberi kita hidup, tentunya tidak sekedar untuk mati. Pasti ada misi bagi kita. Ada dua misi, yaitu misi individual dan misi universal. Misi universal yang berlaku bagi semua orang percaya adalah menjadi garam dan terang dunia.

Garam dapat mencegah pembusukan daging dan memberi cita rasa pada makanan. Orang romawi dulu bahkan menganggap garam sebagai benda paling bersih dan jernih, karena berasal dari dua benda yang juga paling bersih dan jernih, yaitu matahari dan laut. Karena itu, garam selalu dihubungkan dengan kemurnian.

Adapun Terang memampukan kita untuk membedakan jalan yang benar dan salah. Terang juga dapat menjadi alat penyelamatan. Dan banyak lagi manfaat terang. Bahkan sesungguhnya, tapa terang dunia, tidak akan pernah ada kehidupan.

Itulah misi kita yang sesungguhnya, menjadi garam dan terang. Apakah orang-orang di sekitar kita betul-betul bersyukur dengan kehadiran kita? Pertanyaan ini baik menjadi bahan intropeksi kita, untuk menilai sejauh mana kita sudah mengemban misi kita.

Ada seorang yang sejak muda sangat gigih untuk mengejar keberhasilan. Dan betul, ia berhasil. Ia tidak saja menjadi orang sangat kaya, tapi juga pandai dan punya jabatan tinggi. Semua orang terkagum-kagum dengan kesuksesannya. Tetapi, ketika ia sudah tua dan pensiun, ia menengok kehidupan yang sudah ia jalani, dan merasa sangat hampa. “Semua itu seperti usaha menjaring angin,” katanya, “sia-sia di atas segala kesia-siaan.”

Kita semua pada dasarnya sedang menunggu giliran untuk bertemu dengan kematian. Hari ini si Polan, kemarin si Pulin, besok entah siapa lagi. Suatu saat akan tiba giliran kita. Entah kapan, tetapi pasti. Pertanyaannya, apa yang akan dikenang orang ketika kita tiada? Akankah kita hilang dan dilupakan?

Ada cerita tentang seorang pria yang mempunyai 4 istri. Suatu saat pria itu sakit parah, dan sudah hampir mati. Ia ingin istrinya menemani sampai pada kematiannya. Maka, dipanggillah istri ke empat, wanita yang cantik jelita dan seksi.

“Istriku, aku akan mati. Temani aku, sampai aku mati,” pintanya.

“Menemanimu sampai mati? Tidak, aku tidak mau,” jawab si istri sambil pergi tanpa menoleh lagi kepadanya.

Istri ketiga dipanggil, wanita dengan berpenampilan modis dan trendy. Permintaan yang sama dia ajukan.

“Apa? Menemanimu sampai mati?” sahutnya. “Tidak mau. Lebih baik aku menikah lagi.”

Istri kedua dipanggil, wanita berpenampilan biasa. Kepadanyalah sang suami sering meminta pendapat tentang berbagai hal.

“Istriku, tak lama lagi aku akan mati, aku ingin sekali kamu ikut denganku,” pinta si suami.

“Aku tidak bisa sekalipun aku mau,” jawab si istri. “Aku hanya bisa menemanimu sampai lubang kubur.”

Terakhir, Istri pertama, wanita sederhana. Permintaan yang sama diajukan padanya,

“Suamiku,” jawab sang istri. “Tidak usah khawatir. Tanpa kamu minta, aku akan menyertaimu selamanya, bahkan sampai pada kematianmu.”

Pada dasarnya, kita memiliki empat “istri”. Yang pertama, tubuh jasmani kita. Betapa pun baiknya kita menjaga dan merawatnya, tubuh jasmani akan meninggalkan kita, hilang tanpa bekas.

Yang kedua adalah kekayaan dan jabatan. Ketika meninggal, kita tidak akan membawanya serta, dan justru akan beralih ke orang lain.

Ketiga adalah teman-teman, kerabat dekat, dan keluarga kita; seberapa pun besarnya kasih sayang mereka kepada kita, mereka hanya bisa mengantar kita sampai ke lubang kubur, tidak lebih.

Yang keempat adalah iman dan karya kita selama hidup didunia, yang akan menyertai kita sampai mati.

Maka, benarlah kata pepatah, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, sedang manusia mati meninggalkan karya; Karya untuk Tuhan dan sesama. Dengan menjadi garam dan terang dunia; kita dapat membuat dunia ini lebih baik.

Hati Bagaikan Lautan Luas

Di China kuno beredar kisah mitologi demikian: Zaman China kuno terdapat sebuah sungai besar. Dewa yang menjaga sungai itu bernama He Bo. Pada suatu hari air sungai besar itu penuh, gelombang dahsyat bergelora. He Bo memandangi permukaan air sungai yang luas dengan perasaan bangga sambil berpikir: “Di dunia ini masih adakah yang mampu menampung lebih banyak air daripada saya?”

Dia memandangi sungai kecil di sekeliling dan merendahkannya. He Bo memutuskan untuk berwisata ke berbagai tempat di sepanjang sungai, sambil memamerkan dirinya kepada mata air dan sungai kecil di sepanjang jalan yang ditemuinya.

Pada suatu hari He Bo tiba di Laut China Timur, ketika He Bo melihat laut luas tiada bertepi, melihat pemandangan yang seolah-olah menggapai langit dia merasa sangat tergoncang. He Bo berkata dengan sayu kepada Dewa Laut China Timur: “Semula saya pikir diri saya sangat hebat, hari ini berjumpa dengan Anda saya baru menyadari bahwa diri saya sangatlah kecil tak berarti.”

Dewa Laut China Timur, dengan hormat berkata: “Kakak He Bo terlalu memuji, bukankah karena Kakak He Bo dan para dewa sungai serta para dewa anak sungai tidak membenci dan menjauhiku barulah daku dapat menjadi sebesar hari ini?”

Teringat ketika saya pertama kali membaca cerita ini, saya hanya berpikir: He Bo benar-benar tidak tahu diri, tapi kemudian dengan cepat melupakannya. Saat itu saya belum dengan sungguh-sungguh menghargai arti sebenarnya cerita tersebut.

Di kemudian hari saya berangsur-angsur menemukan bahwa dalam kenyataan hidup terdapat banyak orang yang seperti He Bo, bahkan diri saya sendiri sering kali juga tanpa sadar telah menjadi He Bo.

Terkadang kita membanggakan kemampuan diri sendiri atau menjadi angkuh. Ketika berbicara terkadang dengan sadar atau tanpa sadar merasa “pintar” atau timbul rasa tidak suka ketika kecakapan kita tidak mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain.

Sesungguhnya tanpa terasa kita telah terperangkap dalam jebakan yang dibuat oleh “kecakapan” diri kita sendiri, dalam perangkap tersebut kita meronta-ronta dengan susah payah namun sulit melepaskan diri.

“Apakah kita yang seperti ini dapat dianggap orang yang benar-benar cakap dan arif?” Lantas saya bertanya pada diri sendiri, “Jika kita benar-benar orang yang arif, lalu mengapa membiarkan diri kita terperangkap ke dalam situasi tanpa harapan?"

Dengan sepenuh hati saya memikirkannya, sampai pada suatu hari dalam berkultivasi Dafa atas petunjuk Guru, saya seperti memperoleh pencerahan. Ketika itu dengan takjub saya menemukan bahwa sebenarnya sebuah pintu besar telah lama terbuka dengan diam-diam di depan kita, hanya saja terserah kita apakah mau memasukinya atau tidak. Pada saat kita memasuki pintu ini barulah akan menemukan bahwa di balik pintu tersebut merupakan bentangan alam yang maha luas.

Tidak tahu apakah ketika Anda membaca cerita di atas, pernahkah memikirkan mengapa Dewa Laut China Timur begitu rendah hati? Dia jelas-jelas memiliki wilayah perairan tanpa tepi. Apakah laut luas tidak melihat keluasannya sendiri?

Saya rasa tentu saja tidak demikian, lebih tepatnya dikatakan: justru karena laut luas memiliki kearifan yang lebih tinggi, maka menjadi lebih rendah hati. Seperti halnya He Bo, jika dia selamanya tetap tinggal di satu tempat, maka dia mungkin selamanya akan berpikir bahwa dialah yang memiliki wilayah air terbesar.

Ini bukanlah karena He Bo bodoh, tapi karena pikirannya ha-nya dibatasi pada ruang lingkup yang kecil, kearifannya telah dipasung sendiri di dalam lingkup seperti itu, oleh karenanya keliru mengira dia paling luar biasa.

Laut luas karena kearifannya lebih besar sehingga pemikirannya pun lebih luas. Dia mengetahui bahwa di dalam alam semesta ini selain dirinya masih terdapat banyak sekali kehidupan yang arif. Dia tahu bahwa setiap kehidupan memiliki karakteristiknya sendiri, sebaliknya hanya mengandalkan salah satu kehidupan tidak dapat membuat alam semesta ini mencapai kemakmuran dan kesejahteraan, sedangkan dalam alam semesta yang maha luas dirinya hanyalah sebuah partikel kecil.

Justru karena laut luas memiliki kearifan yang tinggi, barulah dapat membuatnya “lebih rendah hati”. Membuatnya lebih banyak melihat kekurangan diri sendiri, dengan meningkatnya kearifan juga telah membuatnya memiliki “kapasitas kemampuan” yang lebih besar.

Laut luas mengetahui, meski dirinya luas sekali, namun jika telah meninggalkan pasokan air dari berbagai sungai dan anak sungai lain, secara berangsur-angsur juga akan mengering. Meski sungai berbeda membawa materi yang berbeda ke laut, namun laut tak pernah menutup pintu bagi mereka.

Karena laut tahu bahwa mengakomodasi mereka bukan hanya merupakan kebutuhan mereka sendiri, namun kebutuhan dari semua kehidupan dalam laut, bahkan merupakan kebutuhan dunia ini. Laut tidak takut diri mereka mengering, tetapi rela menyerahkan dirinya untuk dunia ini.

Laut luas juga mengetahui meski dia memiliki kemampuan luar biasa, dan bahkan dapat menyapu daratan, menggenangi semuanya, namun dirinya tidak dapat menumbuhkan tanaman darat, juga tidak dapat membuat kehidupan darat beraktivitas secara leluasa dalam dirinya.

Laut luas tahu bahwa jika ingin membuat dunia ini makmur dan penuh vitalitas tidak akan dicapai hanya mengandalkan kemampuannya sendiri. Laut luas tahu pada hakekatnya dia bukanlah rendah hati, melainkan hanya memahami lebih mendalam diri sendiri dan dunia ini.

Ketika melihat orang-orang menyombongkan diri, laut luas sering kali menghela napas: mereka hanya dapat melihat keuntungan dan kerugian diri sendiri, tetapi tidak dapat melihat kebutuhan orang lain. Mereka mengerti bagaimana menuntut, tetapi tidak mengerti bahwa ketika tidak ada persembahan, maka tidak ada yang bisa dituntut. Mereka ingin orang lain mengerti diri mereka, “memperhatikan” perasaan mereka, namun tidak mengetahui bahwa orang lain juga mengharapkan pengertian dan pengakuan darinya.

Laut luas berpikir: andaikan semua orang dapat mengesampingkan “diriku” dalam pikiran mereka, maka semua orang akan dapat memiliki kearifan yang lebih luas. Jika semua orang menganggap kebutuhan dunia dan kebutuhan alam semesta ini sebagai tanggung jawab mereka sendiri, maka dunia dan alam semesta ini pastilah akan lebih indah dan makmur. “Diriku” yang menjadi bagian darinya juga tentu akan lebih berbahagia.

Jika semua orang bisa terlebih dahulu memikirkan orang lain dan memenuhi kebutuhan orang lain, maka kebutuhan mereka juga akan dipenuhi oleh orang lain.

Dari kisah ini saya memahami berbagai macam prinsip. Saya pikir jika kita dapat berlaku seperti laut luas yang memiliki “hati” lebih luas dalam mengakomodasi orang lain, masihkan kita perlu mengkhawatirkan bahwa “aliran sungai kecil” kita tidak akan menjadi “lautan maha luas”?

Triple SSS

Sedikit-Sulit-Saja
Kadang kita enggan untuk Sedikit-Sulit-Saja.

Kita malas untuk bangun sedikit lebih pagi saja.
Padahal ini adalah kesulitan yg kecil saja.

Kita enggan menggerakkan badan sedikit saja (olahraga).
Padahal olahraga 15 menit saja sehari dapat meningkatkan kesehatan kita berlipat-lipat.

Kita malas untuk membaca 1 ayat saja.
Padahal 1 ayat yg kita renungkan & lakukan,
dapat mengubah sebagian besar hidup kita, bahkan keluarga kita.


Kita enggan untuk sedikit sulit membuat jus buah.
Padahal jus buah-buahan sangat menyehatkan kita.

Kita enggan untuk sedikit sulit saja,
Padahal sedikit sulit saja mampu mengubahkan hidup kita menjadi lebih baik & kaya:


Sedikit - Senyum - Saja
Akan mencerahkan hari-hari anda.
Senyum sekali curiga hilang.
Senyum 2 kali: membuka percakapan
Senyum 3 kali: menjadikan teman
Senyum 4 kali: mempererat persahabatan
Senyum 5 kali: rezeki datang
Wow... sedikit senyum saja. Tidak sulit, bukan?

Sedikit - Sabar - Saja
Masalah besar akan menjadi kecil.
Masalah kecil akan terselesaikan & hilang.
Hanya sedikit sulit saja ... Anda akan melakukan banyak kebaikan.

Sedikit - Sukacita - Saja
Jantung Anda sehat.
Bibit kanker lenyap.
Kita senang, teman senang, keluarga senang, Tuhanpun senang.

Sedikit - Sedekah - Saja
Takkan mengurangi kekayaan kita.
Kadang kita enggan (baca: menggerutu) membayar uang parkir, tiket toilet, bahkan sekedar pemberi semangat bagi volunteer pengatur lalu lintas bukan polisi di perempatan jalan.
Berikanlah kemurahan hatimu !
Bukalah hati nuranimu !
Berikanlah sedikit sedekah saja... menjadi berkat bagi sesama.
Melimpahkan ucapan syukur & sukacita mereka & rumah tangga mereka.

Kadang kesulitan itu hanya perlu sedikit saja...
Bahkan diperlukan iman sebesar biji sesawi saja untuk memindahkan gunung-gunung masalah Anda.

Mari kita lakukan S-S-S !
Sedikit Sulit Saja
Sedikit Senyum Saja
Sedikit Sukacita Saja
Sedikit Sabar Saja
Sedikit Sedekah Saja
Syukur-syukur pada Tuhan, jika kita memiliki lebih dari sedikit... banyak.... bahkan berlimpah-ruah...

Belajarlah dari perkara kecil,
Sebelum kita cukup kuat untuk melakukan perkara besar berkesinambungan.

Smile, please... J .......


2 Kor 9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

“ God is able to make
ALL GRACE abound (=berlimpah-limpah) to you.
So that,
In ALL things,
At ALL times,
Having ALL that you need.
You will abound in ALL good work”


2 Kor 9:12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.

Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”

Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”.

“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini”.

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama”, kata pria itu hampir bersamaan.

“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seseorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya. Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu.”

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang.”

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita.”

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”

Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

“Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”

Refleksi:

Banyak orang terlalu fokus pada pencarian kekayaan dan terlalu sibuk pada aktivitas pekerjaan dan lupa untuk memperhatikan hal-hal rohani yang sessungguhnya akan sangat bermanfaat bagi totalitas kehidupannya. Di dunia ini juga banyak pilihan-pilihan, sebagian pilihan menawarkan kesuksesan dan kekayaan, sebagian pilihan menawarkan kehadiran dan pertolongan Tuhan. Namun kebanyakan orang kehilangan Allah ketika mereka hanya memilih kesuksesan atau kekayaan. Padahal Tuhan telah berjanji, apabila orang percaya memilih untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua hal-hal yang diperlukan akan ditambahkan kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari-Nya.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Matius 6:33

Kisah seorang suami yang kikir

Ada sepasang suami istri yang berasal dari golongan keluarga kaya raya dan mempunyai perusahaan besar di desa tempat tinggalnya.

mereka berdua memiliki watak yang bertolak belakang, sang istri yang setia dan penurut terhadap kata-kata suaminya, sedangkan sang suami adalah orang yang bijaksana dan berwibawa namun ada sedikit sifatnya buruknya yang sampai sekarang belum hilang yaitu "pelit dan arogan".

sampai pada suatu hari ada seorang pengemis yang meminta sedekah kerumah pasangan suami istri itu, pengemis itu mengetuk pintu dan memberi salam pada pemilik rumah, lalu tak lama kemudian sang istri pemilik rumah itu membuka pintu dan melihat dengan hati yang merasa iba kemudian bertanya kepada pengemis itu "apakah gerangan maksud bapak datang kesini?"

lalu pengemis pun menjawab dengan penuh kerendahan hati "saya berharap ibu sekeluarga bermurah hati untuk memberikan sedikit bantuan"

kemudian sang istri dengan mata yang berkaca-kaca berkata "pak,tunggu sebentar saya masuk sejenak untuk melihat apakah masih ada yang bisa saya berikan kepada bapak."

sang istri pemilik rumah itu berjalan masuk ke rumah menghadap kepada suaminya yang sedang santai di ruang keluarga... lalu sang istri bertanya kepada suaminya.. "ayah, diluar ada seorang pengemis yang memohon sedekah kepada kita yah, apakah kita punya sesuatu yang masih bisa d pakai lalu kita berikan saja kepada pngemis itu?"

sang suami mengerutkan keningnya dan dengan nada lantang berkata "bu,tutup saja pintu depan rumah kita, tak usah memberikan apa-apa kepadanya, bisa saja dia hanya berpura-pura menjadi pengemis"

sang istri yang penurut itu pun tak bisa berbuat apa-apa, ia berjalan menuju pintu depan dengan meneteskan air mata menghampiri pengemis itu, lalu ia berkata

"pak, maafkan saya saya tak bisa memberikan apa-apa kepada bapak dan saya harus menutup pintu rumah ini pak, sekali lagi maafkan saya"

kemudian pengemis itu pun pergi...........


Kisah ini berlanjut.....

Beberapa tahun kemudian

bahtera rumah tangga suami istri kaya raya tadi terkena banyak permasalahan, perusahaan sang suami bangkrut, mereka sering bertengkar dan akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai... tak lama kemudian sang istri(yang sekarang telah bercerai) menikah lagi dengan seorang wirausahawan yang ulet dan punya semangat tinggi mencari nafkah hidup

mereka berdua hidup dengan penuh kebahagiaan, dan di karuniai seorang anak laki-laki sampai pada suatu hari datang lagi seorang pengemis sama seperti kejadian yang dialami sang istri pada saat masih dengan suaminya yang dulu...

pengemis itu mengetuk pintu rumah mereka lalu mereka pun membukakan pintu untuk pengemis itu..

dan tanpa panjang lebar sang istri pun memberi sedikit uang kepada pngemis itu atas permintaan suaminya yang sekarang..

pengemis mengarahkan pandangan kearah istri pemilik rumah itu... Tiba-tiba sang istri terkejut dan matanya pun berkaca-kaca dan meneteskan air mata, kemudian ia pun bergegas masuk ke rumah meninggalkan pengemis itu dan menemui suaminya yang sekarang di ruang keluarga.

sang suami pun bertanya... "istrku, kenapa engkau menangis..apakah kau menangis karena aku mnyuruhmu memberikan sedekah?"

lalu sang istri yang menangis tersedu-sedu menjawab... "tidak suamiku, tetapi aku menangis karena melihat sendiri karmaku, apakah kau tahu siapa pengemis yang tadi memohon sedekah kepada kita? Dia adalah mantan suamiku yang dulu"

sang suami pun bertanya dan menjawab..

"istriku, apakah kau juga tau siapa, pengemis yang dulu di usir oleh suamimu yang dulu?"



__________________ITU ADALAH AKU______________________

Love from Tian Jin

Namanya BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.


Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan. Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.


Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.


Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian. Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.


Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah piring seng comel yang mungkin diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan, ada sebuah tempat minum dari kaleng. Dipojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.


Bai Fang Li tinggal sendirian digubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong.Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.


Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.


Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat dipundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.


Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.


Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana."Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya...." jawab anak itu."Orang tuamu dimana...?" tanya Bai Fang Li."Saya tidak tahu...., ayah ibu saya pemulung.... Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil..." sahut anak itu.


Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.


Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan.


Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak.


Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam delapan malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.


Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmmm... tapi masih cukup bagus... gumannya senang.


Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.


"Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini...," katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.


Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li mengayuh becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu.Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.


Bai Fang Li berkata "Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan......" katanya dengan sendu.Semua guru di sekolah itu menangis........


Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta rupiah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.


Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan " Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa".


Bila SESEORANG yang miskin menyumbang dari kekurangannya, maka ia adalah salah satu PENGHUNI SURGA yang diutus ke dunia, yang mengajarkan kita untuk selalu BERSYUKUR dan selalu BERBAGI kepada sesama.


Lukas 21:1-4 = Persembahan seorang janda miskin ==> Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."